Minggu, 28 Mei 2017

Faktor Administrasi Perkantoran

Faktor Administrasi Perkantoran

 
2.     Faktor Administrasi
1.      Pengorganisasian
Merupakan rangkaian perbuatan menyusun suatu kerangka organisasi yang menjadi wadah atau tempat bagi setiap kegiatan dalam usaha kerjasama mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.      Manajemen
Merupakan rangkaian perbuatan menggerakkan karyawan dan mengerahkan segenap fasilitas kerja agar tujuan kerjasama yang telah ditetapkan benar-benar tercapai.
3.      Tata Hubungan
Merupakan rangkaian perbuatan menyampaikan warta atau berita dari satu pihak kepada pihak lain dalam usaha kerjasama.

kegiatan administrasi perkantoran


KEGIATAN ADMINISTRASI PERKANTORAN


images (3)
Dalam aktivitas pekerjaan yang kita lakukan sehari-hari, baik secara sadar atau pun tidak, kita selalu disuguhkan dengan dua istilah yang sangat populer ini, yaitu administrasi dan manajemen. Sebagai contoh kecil, dimana ketika kita melakukan pengurusan dokumen-dokumen (paper work) di instansi, lembaga, atau kantor yang biasanya pada kantor pemerintah, kita akan selalu dimintai kompensasi atas pembuatan paperwork tersebut dengan istilah ‘biaya administrasi”, atau misalnya ketika kita akan berobat ke Rumah Sakit, maka kita akan diminta untuk mengurus administrasi terlebih dulu—yang maksudnya untuk registrasi pasien dan pembayaran biaya berobat. Kemudian ketika ada pekerja pada suatu pabrik yang meminta THR akan diminta menunggu keputusan dari manajemen dan lain sebagainya.

tujuan administrasi perkantoran

tujuan administrasi perkantoran

Tujuan Administrasi Perkantoran - Umumnya, administrasi perkantoran merupakan pekerjaan kantor yang bertujuan menghimpin, mencatat, mengelolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam kegiatan kantor. Tujuan-tujuan administrasi perkantoran adalah sebagai berikut...
a. Menghimpun, adalah suatu kegiatan-kegiatan yang mencari data, mengusahakan tersedianya segala informasi yang belum ada sehingga siap untuk digunakan jika diperlukan.

Ruang Lingkup Administrasi Perkantoran

Ruang Lingkup Administrasi Perkantoran


Ruang Lingkup Administrasi Perkantoran. Perlu anda ketahui bahwa administrasi perkantoran adalah semua kegiatan yang bersifat teknis ketatausahaan dari suatu perkantoran yang mempunyai peranan penting dalam pelayanan terhadap pelaksanaan pekerjaan operatif, penyediaan keterangan bagi pimpinan dan juga membantu dalam kelancaran perkembangan organisasi. 

KARAKTERISTIK ADMINISTRASI PERKANTORAN

KARAKTERISTIK  ADMINISTRASI PERKANTORAN

pengertian administrasi perkantoran
pixabay.com

Fungsi Manajemen Administrasi Perkantoran

Fungsi Manajemen Administrasi Perkantoran

1. Kegiatan Kantor

A. Perencanaan perkantoran (Office Planning)
pengertian administrasi perkantoran
pixabay.com
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam proses mengelola kantor adalah menyusun perencanaan oleh pimpinan perusahaan atau organisasi. Biasanya sebuah perusahaan akan mengadakan rapat kerja untuk menentukan target serta agenda apa saja yang akan dicapai untuk ke depannya.
Dalam rangka mencapai tujuan bersama, perlu ditindak lanjut mengenai pertimbangan resiko yang mungkin akan dihadapi. Perencanaan perkantoran dalam bidang sumber daya administrasi ini penting untuk dirumuskan secara matang, agar menyesuaikan dengan kebutuhan.

Pengertian Administrasi Perkantoran



Administrasi perkantoran yakni pekerjaan yang bersambungan langsung dengan sistem administrasi dalam sebuah ruang lingkup kantor. Kaidah manajemen dalam sebuah ruang lingkup perkantoran ini salah satu sektor dari manajemen yang membagikan berita sesuai dengan bidang administrasi yang dibutuhkan untuk menyangga berjalannya suatu tindakan secara efektif.

Untuk memahaminya, kamu mesti menangkap makna dari manajemen perkantoran tersendiri. Ada banyak sekali yang beranggapan dalam mendeskripsikan administrasi perkantoran. Secara keseluruhan ada dua akar yang berhubungan definisi dari administrasi perkantoran, yaitu secara regular dan menurut para ahli.

SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA KERAJAAN WAJO

SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA KERAJAAN WAJO

Ada dua tradisi sejarah terbentuknya kerajaan Wajo. Pertama versi tutur,yang disebut sebagai Pau-Pau ri Kadong. Dan versi kedua yaitu versi tulis. Yaitu versi lontara antara lain, Lontara Sukkuna Wajo, Lontara Attoriolong ri Wajo, Lontara Akkarungeng ri Wajo dan Kroniek Van Wadjo,yang merupakan hasil transkripsi J. Noorduyn pada salah satu naskah kronik Wajo lainnya.

Pau-Pau ri Kadong secara singkat bercerita tentang seorang putri Luwu yang sakit kulit, yakni We Tadampali. Atas masukan dari Hadat Luwu dan kebaikan rakyat Luwu, beliau dihanyutkan bersama pengikutnya agar tidak menjangkiti orang Luwu.

Ketika terdampar, beliau membuat pemukiman. Hingga suatu saat, beliau dijilat oleh kerbau belang hingga sembuh. Di saat bersamaan, seorang pangeran dari Bone beserta rombongannya yang sedang berburu, singgah beristirahat. Kebetulan, sang pangeran beserta rombongannya. Sang pangeran kaget melihat ada perkampungan kecil ditempat tersebut.Ketika mendatangi rumah besar (rumah We Tadampali) sang pangeran pun kaget hingga pingsan melihat kecantikan We Tadampali.

Sejarah Sukadana

Sejarah Sukadana

Kerajaan Sukadana (KAL-BAR)
Ada dua versi cerita rakyat yang masih diyakini oleh masyarakatnya Pangeran Baparong adalah Brawijaya yang mengawini wanita setempat anak dari raja Tanjungpura, kemudian mereka memisahkan diri dan membangun Kerajaan di Sukadana. Karena Brawijaya sendiri asal usulnya memang masih keturunan raja, maka tidak sulit baginya untuk menjalankan pemerintahannya.Siapapun pangeran Boporong yang disebut-sebut dalam beberapa sumber sejarah sebagai raja di Sukadana yang dapat memajukan dan merintis kerajaan Sukadana menjadi berkembang pesat baik dalam bidang politik maupun ekonomi (perdagangan). Terlepas dari siapa sebenarnya Pangeran Boporang itu ada banyak versi, namun sisi kesemuanya adalah Boporong salah satu raja yang besar yang pernah dimiliki Kerajaan Tanjungpura. Pada masa pemerintahannya, beliau melanjutkan kebijakan-kebijakan pendahulunya, dan semakin memperkuat jalinan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Mataram, Kutai dan lain-lain.[6] Begitu juga dalam bidang perdagangan, hubungan dengan negara-negara seperti China, Coton dan Jazirah Arabia terjalin dengan baik.

Minggu, 21 Mei 2017

kesultanan sambas

Kesultanan Sambas

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas




Pada saat itu di pesisir dan tengah wilayah Sungai Sambas ini telah sejak ratusan tahun didiami oleh orang-orang Melayu yang telah mengalami asimilasi dengan orang-orang Dayak pesisir di mana karena saat itu wilayah ini sedang tidak ber-Raja (sepeninggal Raja Tan Unggal) maka kedatangan rombongan pelarian Majapahit ini berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik.

kerajaan sambaliung



Kerajaan Sambaliung

Kerajaan Sambaliung (sebelumnya bernama Kerajaan Tanjung) adalah kerajaan hasil dari pemecahan Kerajaan Berau. Ketika Berau dipecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Sambaliung dan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Raja Alam adalah keturunan dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja Berau pertama.

Pada tahun 1810, Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam, sultan pertama di Tanjung Batu Putih, mendirikan ibukota kerajaannya di Tanjung dan kemudian Tanjung Batu Putih kemudian menjadi kerajaan Sambaliung. Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma.

Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu, yang satu bernama Pangeran Tua dan satunya lagi bernama Pangeran Dipati. Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang menimbulkan insiden).

kerajaan pontianak

Sejarah Kerajaan Pontianak

Kerajaan-kerajaan  yang  terletak  di daerah  Kalimantan Barat antara  lain Tanjungpura dan Lawe. Kedua kerajaan tersebut pernah  diberitakan  Tome Pires (1512-1551).
Tanjungpura  dan   Lawe  menurut  berita   musafir   Portugis sudah mempunyai kegiatan  dalam perdagangan baik dengan Malaka  dan  Jawa,  bahkan   kedua   daerah   yang  diperintah oleh Pate atau  mungkin  adipati  kesemuanya  tunduk  kepada kerajaan   di  Jawa  yang  diperintah   Pati  Unus.
Tanjungpura dan  Lawe (daerah  Sukadana)  menghasilkan komoditi seperti emas,  berlian,  padi,  dan  banyak  bahan   makanan. Banyak barang  dagangan dari Malaka  yang  dimasukkan  ke daerah itu, demikian pula jenis pakaian  dari Bengal dan Keling yang berwarna merah  dan  hitam  dengan harga  yang  mahal  dan yang murah.
Pada abad ke-17 kedua kerajaan itu telah berada di bawah  pengaruh kekuasaan Kerajaan Mataram  terutama dalam  upaya  perluasan  politik dalam  menghadapi  ekspansi politik VOC.

kesultanan malaka

Kesultanan Melaka

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain dari Malaka, lihat Malaka.
Kesultanan Malaka
1405–1511
Kesultanan Malaka pada abad ke-15, berdasarkan keterangan "Atlas Sejarah Indonesia dan Dunia", PT Pembina Peraga Jakarta 1996
Ibu kotaMalaka
BahasaMelayu
AgamaIslam
Bentuk PemerintahanMonarki
Sultan
 - 1405-1414Parameswara
 - 1414-1424Megat Iskandar Syah
 - 1424-1444Sultan Muhammad Syah
 - 1444-1445Seri Parameswara Dewa Syah
 - 1445-1459Sultan Mudzaffar Syah
Sejarah
 - Didirikan1405
 - Invasi Portugis1511
Pendahulu
Pengganti
Kerajaan Singapura
Portugal
Kesultanan Johor
Kerajaan ini tidak meninggalkan bukti arkeologis yang cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah, namun keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui Sulalatus Salatin dan kronik Cina masa Dinasti Ming. Dari perbandingan dua sumber ini masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada awalnya Islam belum menjadi agama bagi masyarakat Malaka, namun perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini yang ditunjukkan oleh gelar sultan yang disandang oleh penguasa Malaka berikutnya.Kesultanan Malaka adalah sebuah Kerajaan Melayu yang pernah berdiri di MalakaMalaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara, kemudian mencapai puncak kejayaan pada abad ke 15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Malaka, sebelum ditaklukan oleh Portugal tahun 1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara.

Rabu, 17 Mei 2017

kerajaan kutai


Kerajaan Kutai : Sejarah, Raja, Dan Peninggalan, Beserta Kehidupan Politiknya Secara Lengkap


Kerajaan Kutai (Martadipura) merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur (dekat kota Tenggarong), tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Nama Kutai diberikan oleh para ahli karena tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini. Karena memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh akibat kurangnya sumber sejarah.
Keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa / tiang batu berjumlah 7 buah. Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Adapun isi prasati tersebut menyatakan bahwa raja pertama Kerajaan Kutai bernama Kudungga. Ia mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wamsakerta (pembentuk keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman dan nama-nama raja pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu dalam Kerajaan Kutai dan hal tersebut membuktikan bahwa raja-raja Kutai adalah orang Indonesia asli yang telah memeluk agama Hindu.

kerajaan pajang

KERAJAAN PAJANG



Kerajaan Pajang adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak. Kompleks keraton, yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja, berada di perbatasan Kelurahan Pajang, Kota Solo dan Desa Makam haji,Karatsura,Sukoharjo. Berikut ini Kumpulan Sejarah akan menyajikan informasi selengkapnya mengenai Sejarah Kerajaan Pajang

kerajaan ternate

Sejarah Kerajaan Ternate

Pulau Ternate merupakan sebuah pulau gunung api seluas 40 km persegi, terletak di Maluku Utara, Indonesia. Penduduknya berasal dariHalmahera yang datang ke Ternate dalam suatu migrasi. Pada awalnya, terdapat empat kampung di Ternate, masing-masing kampung dikepalai oleh seorang Kepala Marga, dalam bahasa Ternate disebut Momole. Lambat laun, empat kampung ini kemudian bergabung membentuk sebuah kerajaan yang mereka namakan Ternate. Selain Ternate, terdapat juga kerajaan lain di kawasan Maluku Utara, yaitu: Tidore, Jailolo, Bacan, Obi dan Loloda.
Dalam sejarahnya, Ternate merupakan daerah terkenal penghasil rempah-rempah, karena itu, banyak pedagang asing dari India, Arab, Cina dan Melayu yang datang untuk berdagang. Sebagai wakil masyarakat, yang berhubungan dengan para pedagang tersebut adalah para kepala marga (momole).
Bagaimana awal cerita pembentukan Kerajaan Ternate? Ceritanya, seiring semakin meningkatnya aktifitas perdagangan, dan adanya ancaman eksternal dari para lanun atau perompak laut, maka kemudian timbul keinginan untuk mempersatukan kampung-kampung yang ada di Ternate, agar posisi mereka lebih kuat. Atas prakarsa momole Guna, pemimpin Tobona, kemudian diadakan musyawarah untuk membentuk suatu organisasi yang lebih kuat dan mengangkat seorang pemimpin tunggal sebagai raja. Hasilnya, momole Ciko, pemimpin Sampalu, terpilih dan diangkat sebagai Kolano (raja) pertama pada tahun 1257 M dengan gelar Baab Mashur Malamo. Baab Manshur berkuasa hingga tahun 1272 M. Kerajaan Ternate memainkan peranan penting di kawasan ini, dari abad ke-13 hingga 17 M, terutama di sektor perdagangan. Dalam sejarah Indonesia, Kesultanan Ternate merupakan salah satu di antara kerajaan Islam tertua di nusantara, dikenal juga dengan nama Kerajaan Gapi. Tapi, nama Ternate.

kerajaan cirebon




Kesultanan Cirebon berlokasi di pantai utara pulau Jawa yang menjadi perbatasan antara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat, ini membuat Kesultanan Cirebon menjadi pelabuhan sekaligus “jembatan” antara 2 kebudayaan, yaitu budaya Jawa dan Sunda.
Sehingga Kesultanan Cirebon memiliki suatu kebudayaan yang khas tersendiri, yaitu kebudayaan Cirebon yang tidak didominasi oleh kebudayaan Jawa maupun kebudayaan Sunda.

kerajaan gowa tallo

Sejarah Kerajaan Gowa, Kerajaan Gowa-Tallo, Hingga Kesultanan Makassar

Sebelum Islam datang, Kerajaan Gowa telah berdiri dengan Tomanurung sebagai raja pertama. Namun, tak banyak catatan sejarah yang menyebutkan perjalanan kerajaan tersebut. 

Kapan tepatnya berdiri kerajaan pun tak ada data sejarah yang mengabarkan. Menurut Prof Ahmad M Sewang dalam Islamisasi Kerajaan Gowa: Abad XVI Sampai Abad XVII, Kerajaan Gowa diperkirakan berdiri pada abad ke-14.

Sebelum kerajaan tersebut berdiri, kawasannya sudah dikenal dengan nama Makassar dan masyarakatnya disebut dengan suku Makassar. Wilayah ini pun pernah menjadi bagian kekuasaan Majapahit.

Gowa dan Tallo pra-Islam merupakan kerajaan kembar milik dua bersaudara. Berawal di pertengahan abad ke-16, pada masa pemerintahan Gowa IV Tonatangka Lopi, ia membagi wilayah Kerajaan menjadi dua bagian untuk dua putranya, Batara Gowa dan Karaeng Loe ri Sero. Hal ini dikarenakan kedua putranya sama-sama ingin berkuasa.

Batara Gowa melanjutkan kekuasaan sang ayah yang meninggal dunia dengan memimpin Kerajaan Gowa sebagai Raja Gowa VII. Sedangkan adiknya, Karaeng Loe ri Sero, mendirikan kerajaan baru bernama Tallo.

Dalam perjalanannya, dua kerajaan bersaudara ini dilanda peperangan bertahun-tahun. Hingga kemudian pada masa Gowa dipimpin Raja Gowa X, Kerajaan Tallo mengalami kekalahan. Kedua kerajaan kembar itu pun menjadi satu kerajaan dengan kesepakatan “Rua Karaeng se’re ata” (dua raja, seorang hamba). 

Sejak keduanya menyepakati perjanjian maka siapa pun yang menjabat sebagai Raja Tallo, menjabat sebagai mangkubumi Kerajaan Gowa. Para sejarawan kemudian menamakan kedua kerajaan Gowa dan Tallo dengan Kerajaan Makassar.

Lambang Kerajaan Gowa

LETAK KERAJAAN GOWA-TALLO

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang dulu disebut sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan   berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Berikut adalah peta Sulawesi Selatan pada saat itu.

KERAJAAN GOWA-TALLO / KERAJAAN MAKASSAR

 Lambang Kerajaan Gowa-Tallo

Era baru pun dimulai ketika Gowa dan Tallo bersatu. Inilah masa ketika kerajaan mulai bangkit menjadi kekuatan besar di Sulawesi Selatan. Merle Calvin Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 menyebutkan, Gowa memiliki sebuah sistem wewenang ganda yang timbul akibat aliansi politik antara Kesultanan Gowa dan Tallo. Para sultan berasal dari garis keturunan Gowa, sedangkan perdana menterinya berasal dari garis Tallo. Sistem ketatanegaraan dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak menghilangkan sama sekali kekuasaan Raja Tallo. Sejak saat itu, orang sering menyebut Gowa Tallo secara bersama-sama sebagai Kerajaan Makassar.

Setelah dua kerajaan bersatu, tepatnya pada masa Tonipalangga (1546-1565 M) dengan perdana menteri dari Tallo, Nappakata’tana Daeng Padulung, ditetapkan sebuah program politik ekspansi untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan tetangga. Politik itu pun berjalan baik. Pedalaman Bugis dan perairan Bone mampu dikuasai Gowa-Tallo.

Kebesaran Kerajaan Gowa-Tallo / Makassar tidak lain terjadi karena beberapa faktor, antara lain:

1| Letaknya strategis.

2| Memiliki Pelabuhan yang baik.

3| Jatuhnya Malaka pada tahun 1511 ke tangan Portugis yang menyebabkan pedagang Islam pindah ke Makassar.


Lambang Kerajaan Tallo

MASA PEMELUKAN ISLAM, MENJADI KESULTANAN MAKASSAR

Ketika kerajaan Gowa – Tallo memperluas wilayah dan pada saat yang sama banyak pedagang dari kepulauan nusantara yang menetap di Makassar. Mereka terdiri atas pedagang Melayu dari Pahang, Patani, Johor, Campa, Minangkabau, dan Jawa.

Berdasarkan Lontara Pattorioloang (Lontara Sejarah), pada masa pemerintahan Raja Gowa X Tonipalangga, terdapat sebuah perkampungan Muslim di Makassar. Penduduk kampung Muslim terdiri atas para pedagang Melayu tersebut. Bahkan, pada masa pemerintahan raja berikutnya, Tonijallo (1565-1590 M), berdiri sebuah masjid di Manggallekanna, tempat para pedagang itu bermukim.

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Islam di Indonesia menuturkan, baik sumber asing maupun naskah kuno memaparkan, kehadiran Islam di Makassar telah ada sejak abad sebelum kedatangan Tome Pires (1512-1515 M).

Pasalnya, penjelajah Barat itu menceritakan bahwa Makassar sudah melakukan hubungan perdagangan dengan Malaka, Kalimantan, dan Siam. Akan tetapi, penguasa-penguasa lebih dari 50 negeri di Pulau Sulawesi saat itu masih menganut berhala atau belum Islam.

Meski telah ada permukiman Muslim dan masjid di sana, Islam baru benar-benar tampak saat Kerajaan Gowa-Tallo memeluk Islam. Menurut Sewang, para pemukim dari Melayu berinisiatif mendakwahkan Islam kepada para raja. Mereka pun kemudian mengundang tiga ulama dari Kota Tengah (Minangkabau) untuk mengislamkan Kerajaan Gowa-Tallo.

Inisiatif untuk mendatangkan mubaligh khusus ke Makassar sudah ada sejak Anakkodah Bonang (Nahkodah Bonang 3), seorang ulama dari Minangkabau sekaligus pedagang, berada di Gowa pada 1525. Akan tetapi, baru berhasil setelah memasuki awal abad 17 dengan kehadiran tiga orang mubaligh yang bergelar datuk dari Minangkabau.

Para mubaligh yang datang ke Makassar disebut dengan Dalto Tallu (Tiga Dato) atau sumber lain menyebut Datuk Tellue (Bugis) atau Datuk Tallua (Makassar). Ketiganya bersaudara dan berasal dari Kota Tengah, Minangkabau. Mereka, yakni Dato’ri Bandang (Abdul Makmur atau Khatib Tunggal), Dato’ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung), Dato’ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu).

Prof Andi Zainal dalam Sejarah Sulawesi Selatan menuturkan, ketiga ulama tersebut tidak datang serta-merta langsung mendakwahkan Islam kepada para raja. Mereka terlebih dahulu mempelajari kebudayaan Bugis-Makassar di Riau dan Johor.Pasalnya, di dua tempat tersebut banyak etnis Bugis-Makassar bermukim. Baru setelah sampai di Makassar, mereka menemui para pedagang Melayu yang tinggal di sana. Dari keterangan merekalah diketahui bahwa raja yang paling dihormati adalah Datuk Luwu’, sedangkan yang paling kuat dan berpengaruh ialah Raja Tallo dan Raja Gowa. Maka, tiga raja itulah yang menjadi objek dakwah para ulama Melayu tersebut.

Pada awalnya para mubaligh tersebut berhasil mengislamkan Raja Luwu, yaitu Datu’ La Patiware’ Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan 1013 H atau 4-5 Februari 1605 M. Kemudian, mereka pun berhasil mengislamkan Kerajaan Gowa-Tallo.

Karaeng Matowaya dari Tallo yang bernama I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan syahadat pada Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M. Ia pun kemudian bergelar Sultan Abdullah. Selanjutnya, Karaeng Gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia mengucapkan syahadat pada Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M. Secara resmi, raja dari kerajaan Gowa-Tallo memeluk agama Islam.

Maka, dengan Islamnya kerajaan tersebut, dakwah Islam pun kemudian menyebar dengan pesat. Jika Aceh merupakan “Serambi Makkah” Indonesia, Gowa-Tallo adalah “Serambi Madinah”-nya. Karena di Gowa-Tallo, syariat Islam diterapkan kemudian didakwahkan ke timur Indonesia.Setelah Kerajaan Gowa-Tallo memeluk Islam, penyebaran Islam di Sulawesi dan bagian timur Indonesia sangat pesat. Kerajaan Gowa-Tallo berhasil menorehkan tinta emas sejarah peletakan dasar dan penyebaran Islam di bagian timur negeri ini.

Prof DR Ahmad M Sewang MA dalam Islamisasi Kerajaan Gowa: abad XVI sampai abad XVII menuturkan, peristiwa masuk Islamnya Raja Gowa-Tallo merupakan tonggak sejarah dimulainya penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.

Pasalnya, terjadi konversi Islam secara besar-besaran pascaperistiwa tersebut. Penerimaan Islam dimulai dari sebuah dekrit yang dikeluarkan pemimpin Gowa-Tallo, Sultan Alauddin, pada 9 November 1607 M. Dekrit tersebut menyatakan Islam sebagai agama resmi kerajaan dan agama masyarakat.

Saat dekrit dikeluarkan, dakwah Islam masih berlangsung dengan damai. Kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan Gowa-Tallo pra-Islam pun dengan sukarela menerima agama Allah ini. Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.

Namun, hambatan dakwah mulai muncul ketika Raja Gowa-Tallo menyerukan Islam ke tiga kerajaan Bugis. Ketiga kerajaan yang tergabung dalam aliansi Tellunpoccoe menolak seruan tersebut. Maka, terjadilah perang antara Kerajaan Makassar yang terdiri atas Kerajaan Gowa dan Tallo dan Kerajaan Bugis yang terdiri atas Kerajaan Bone, Soppeng, dan Wajo.

Menurut artikel Islam di Kerajaan Gowa-Tallo; Menelusuri Jejak-jekak Islam dalam Kaitannya dengan Penyebaran Islam di Sulawesi di laman Wacana Nusantara, kerajaan yang menolak dakwah Gowa-Tallo merupakan kerajaan Bugis dan Mandar yang secara pemerintahan telah kuat.

Mereka khawatir Gowa-Tallo akan menjajah mereka. Faktor penolakan lain juga karena mereka sukar meninggalkan kegemaran makan babi, minum tuak, sabung ayam dengan berjudi, dan kebiasaan negatif lain.

Kepada yang menolak itu dikirimkan peringatan. Namun setiap kali ada pesan, setiap itu pula ditolak. Dengan alasan mereka itu mau membangkang dan melawan, maka terpaksa Gowa mengangkat senjata menundukkan mereka.

Namun, angkatan perang Gowa-Tallo yang terkenal sangat tangguh itu pun berhasil mengalahkan mereka. Satu per satu kerajaan Bugis dapat ditaklukkan. Dimulai pada 1609 M, tentara Gowa dikirim ke pedalaman untuk mengislamkan kerajaan Bugis dari yang terkecil, yakni Ajatappareng (Suppak, Sawitto, Rappang, dan Sidenreng).

Baru kemudian pada tahun yang sama, mereka bergerak ke Kerajaan Soppeng dan berhasil. Tahun berikutnya, Kerajaan Wajo pun menerima Islam, lalu pada 1611 M Kerajaan Bone memeluk Islam.

Menurut Sewang, terlepas dari motivasi Sultan Alaudin untuk berperang dengan kerajaan tetangga tersebut, perang itu sendiri justru sangatlah menguntungkan dari segi Islamisasi di Sulawesi Selatan. Hal tersebut karena raja-raja yang ditaklukkan kemudian memeluk Islam. “Raja Bone merupakan raja terakhir dari aliansi Tellunpoccoe yang menerima Islam setelah ia mengalami kekalahan dalam perang  pada 1611 M. Dengan masuknya Islam Raja Bone, sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan telah memeluk Islam, kecuali Tana Toraja,” ujarnya.

Mengutip Noorduyn, De Islamisering van Makassar, Islamisasi Sulawesi Selatan terbagi atas tiga tahap. Pertama, datangnya orang-orang Islam untuk pertama kalinya di suatu daerah.Kedua, masuknya agama Islam yang berarti penduduk setempat telah memeluk agama Islam. Ketiga, penyebaran Islam, yaitu setelah Islam mulai disebarkan ke dalam masyarakat atau disebarkan ke luar daerah di mana Islam pertama kali diterima.

KONDISI SOSIAL BUDAYA KERAJAAN GOWA TALLO

Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.  Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.

Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

KONDISI EKONOMI KERAJAAN GOWA TALLO

Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
a.    Letak yang strategis, 
b.    Memiliki pelabuhan yang baik 
c.    Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.

Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.

Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

KONDISI POLITIK KERAJAAN GOWA TALLO

Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).

Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.

Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.

KERUNTUHAN KERAJAAN GOWA-TALLO / MAKASSAR

Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.

Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya sendiri (Bone) yang dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap perekonomian Gowa. 

Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.

Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.                                                  

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
•    VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
•    Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
•    Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
•    Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

Namun demikian Sultan Hasanuddin telah menunjukkan perjuangannya yang begitu gigih untuk membela tanah air dari cengkraman penjajah. Sebagai tanda jasa atas perjuangan Sultan Hasanuddin, Pemerintah Republik Indonesia atas SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 10 November 1973 menganugerahi beliau sebagai Pahlawan Nasional.

Demikian Gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak Raja Gowa pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad XVIII kemudian sampai mengalami transisi setelah bertahun-tahun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada itu, sistem pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa XXXVI Andi Idjo Karaeng Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang merdeka dan bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II Otonom. Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.

TOKOH TERKENAL

Sultan Alaudin
Sultan Alauddin dengan nama asli Karaeng Ma’towaya Tumamenanga ri Agamanna. Ia merupakan Raja Gowa Tallo yang pertama kali memeluk agama islam yang memerintah dari tahun 1591 – 1638. dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah.

Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 163 meninggal diMakassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belandayang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Makassar.

PENINGGALAN KERAJAAN GOWA TALLO / KESULTANAN MAKASSAR

Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.

Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut Besok hari apa? . Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.

Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.

Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.

Sampai sekarang kapal pinisi dari Sulawesi Selatan masih menjadi salah satu kebanggan bangsa Indonesia. Disamping itu, masyarakat kerajaan Makassar juga mengembangkan seni sastra, yaitu kitab Lontara.

Mereka juga mengembangkan kebudayaan lainnya, seperti seni bangunan dan seni suara. Namun, sayang karya itu tidak banyak diketahui karena kurangnya peninggalan yang sampai kepada kita.

Fort Rotterdam

Kapal Pinisi

Masjid Katangka

Mesjid Katangka ini didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud  (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.

 Makam Para Sultan

KESIMPULAN 

Kesultanan Gowa atau kadang ditulis Goa, adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi Selatan. Rakyat dari kerajaan ini berasal dari Suku Makassar yang berdiam di ujung selatan dan pesisir barat Sulawesi. Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Sejak Gowa Tallo sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan dengan Ternate yang sudah menerima Islam dari Gresik. Raja Ternate yakni Baabullah mengajak raja Gowa Tallo untuk masuk Islam, tapi gagal. Baru pada masa Raja Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan Gowa Tallo agama Islam mulai masuk ke kerajaan ini.

Setahun kemudian hampir seluruh penduduk Gowa Tallo memeluk Islam. Mubaligh yang berjasa menyebarkan Islam adalah Abdul Qodir Khotib Tunggal yang berasal dari Minangkabau. Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur.

Demikian Gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak Raja Gowa pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad XVIII kemudian sampai mengalami transisi setelah bertahun-tahun berjuang menghadapi penjajahan. Dalam pada itu, sistem pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa XXXVI Andi Idjo Karaeng Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang merdeka dan bersatu, berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II Otonom. Sehingga dengan perubahan tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus Bupati Gowa pertama.

Faktor Administrasi Perkantoran

Faktor Administrasi Perkantoran   2.       Faktor Administrasi 1.        Pengorganisasian Merupakan rangkaian perbuatan menyusun...